1. Mengelola Waktu, Adakah Orang Sibuk?!
Apakah Anda pernah merasa jengkel terhadap rekanan atau bawahan yang tidak menyelesaikan pekerjaannya karena dalih sibuk banyak kerjaan?! Banyak orang yang beralasan bahwa ia memiliki setumpuk pekerjaan yang harus diselesaikan, namun saat ditanya out-put apa yang sudah ia lakukan, maka hasilnya pun nihil.
Tidak sedikit Anda menjumpai dalam rutinitas harian sejumlah manusia yang mengaku sibuk namun hasil yang mereka keluarkan bukanlah hal bernilai. Betul mereka masuk kerja atau mengerjakan tugas, namun bila Anda menugaskan pekerjaan kepada mereka maka selalu saja molor karena alasan sibuk dengan pekerjaan yang tak terpegang.
Lalu pertanyaan yang muncul adalah, "Apa benar ada manusia yang sibuk?!" Boleh jadi masalah sebenarnya yang dihadapi adalah bahwa orang-orang seperti itu tidak mau mengatur waktu yang mereka miliki seoptimal mungkin.
Masing-masing manusia mendapatkan jatah waktu yang sama dari Allah Swt sebanyak 24 jam. Namun ada manusia yang mampu berbuat banyak hal, dan tidak sedikit manusia yang tidak melakukan apapun atas waktu yang diberikan.
Karena waktu yang tidak tertata dengan baik maka jangankan waktu untuk keluarga, tetangga dan kerabat, untuk diri sendiri saja ia sulit mengatur waktu!
Maka mengawali pembicaraan tentang punctuality (tepat waktu) haruslah dimulai dari penataan waktu yang tepat.
Banyak orang yang menghabiskan waktu di hari libur dengan memperbanyak tidur, padahal pasangan dan anak-anaknya menanti untuk bercengkrama. Jarang sekali ia bersosialisasi di masyarakat dan keluarga serta kerabat, karena selalu pergi pagi dan pulang malam. Mereka tidak mampu menata waktunya dengan baik. Semua orang yang berhubungan dengan dia tidak mendapatkan hak mereka. Padahal Rasulullah Saw telah bersabda berkenaan dengan hal ini:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a. bahwa ia berkata: Rasululah saw bertanya kepadaku, "Wahai Abdullah, aku telah diberitahu bahwa engkau selalu puasa di siang hari, dan qiyamullail malam harinya?" Aku menjawab, "Benar, Ya Rasulullah!" Lalu Beliau Saw bersabda: "Jangan kau lakukan itu terus menerus tapi puasalah dan berbukalah, tahajjudlah dan tidurlah! Karena sesungguhnya jasadmu punya hak atas kamu. Kedua matamu juga punya hak atasmu, istrimu punya hak atasmu, dan tetanggamu punya hak atasmu. Sesungguhnya cukup bagimu puasa sebulan tiga hari (puasa ayyamul biidh) karena setiap kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat berarti kamu seakan puasa satu tahun.” Maka aku pun minta ditambah berat amalannya seraya berkata, "Ya Rasulullah, aku masih memiliki kekuatan untuk itu!" Beliau bersabda: "Kalau begitu, Puasalah seperti puasanya Nabi Daud As dan jangan lebih dari itu!' HR. Bukhari
Hadits yang dikutip di atas seolah mengisyaratkan bahwa ibadah yang tepat dilakukan pada waktu yang tepat. Karena itu, saya hendak mengajak pembaca untuk menata ulang waktu dan kegiatan yang mereka miliki sehingga mereka pandai mengatur waktu dan menjadi manusia yang unggul dalam mengelola waktu. Di bawah ini ada sebuah ilustrasi menarik yang perlu disimak:
Dalam sebuah kuliah manajemen, seorang dosen memperagakan beberapa alat-alat sederhana seperti bejana kaca, bebatuan, kerikil, pasir dan air. Dosen tersebut mengatakan kepada para mahasiswanya bahwa ia hendak mengajarkan cara mengelola waktu yang optimal.
Dosen itu bertanya kepada murid-muridnya, "Aku akan mengisi bejana kaca ini dengan bebatuan ini!" Ia pun mengisi bejana kaca tersebut dengan bebatuan hingga penuh. Saat sudah tidak bisa lagi satu batu pun dimasukkan ke dalam bejana lalu sang dosen bertanya kepada para mahasiswa, "Apakah bejana kaca ini sudah penuh?!" Para mahasiswa serentak menjawab, "Ya!" Mendapati jawaban mereka, sang dosen berkata, "Menurutku bejana ini belum penuh!"
Dosen itu kemudian memasukkan kerikil-kerikil kecil yang mengisi ruang di dalam bejana yang tidak bisa diisi oleh bebatuan. Di antara celah bebatuan, maka kerikil-kerikil itu pun berselipan. Para mahasiswa terkesima melihat cara bagaimana dosen mencoba menjelaskan. Begitu bejana kaca terlihat penuh, sang dosen bertanya, "Apakah bejana ini sudah penuh?!" Serentak mahasiswa yang sudah mulai paham menjawab, "Ya sudah penuh, namun masih bisa diselipkan dengan pasir!"
"Betul sekali!!!" jawab sang dosen. Maka sang dosen pun mengisikan pasir ke dalam bejana kaca yang sudah berisikan bebatuan dan kerikil. Ternyata pasir pun bisa dimasukkan ke dalam bejana kaca.
"Apa masih bisa dimasukkan benda selanjutnya?!" tanya sang dosen kepada mahasiswa. Bejana kaca itu kini sudah bermuatan bebatuan, kerikil dan pasir. Namun para mahasiswa mengatakan, "Coba tambahkan air ke dalam bejana itu, Pak!"
Sang dosen pun menganggukkan kepala tanda setuju....
Subhanallah..., rupanya bejana kaca yang awalnya dikira sudah penuh dengan bebatuan rupanya masih bisa ditata hingga dapat memuat kerikil, pasir dan air.
Mungkin para pembaca sekarang sudah memahami bahwa adakah orang yang sibuk? Ternyata sesibuk apapun, manusia bisa menghandle kegiatan dan tugas yang ia miliki. Mungkin bebatuan di atas bisa mewakili kegiatan-kegiatan utama kita. Sedangkan kerikil adalah kegiatan bersama keluarga dan tetangga. Pasir mewakili kegiatan tertier seperti arisan, kondangan, walimah, atau apapun namanya. Sedangkan air mungkin adalah ibadah yang meliputi seluruh kegiatan yang kita lakukan. Inilah semangat yang dipegang teguh oleh pribadi sukses bahwa setiap waktu harus berarti dan tidak terbuang secara percuma. Allah Swt berfirman:
"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain." (QS. Al Insyiraah [94] : 7)
Bahkan Allah Swt yang amat sibuk dengan urusan semua makhluk menggambarkan kesibukan yang Dia Swt lakukan:
"Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan." (Ar Rahmaan [55] : 29)
Konklusinya adalah kesibukan yang kita miliki bukanlah sebuah beban, namun ia mengasah kemampuan kita untuk dapat melakukan banyak hal dengan waktu yang terbatas dan hasil yang optimal. Karena itu banyak orang sukses yang mengatakan, "Bukan saya pintar mengatur waktu, namun karena tugas yang ada-lah yang membuat saya mampu melakukan semua hal!"
Karenanya, apa Anda masih percaya ada manusia sibuk?
Oleh : Ust. Bobby Herwibowo, Lc
2. Ibu Gak Punya Duit Nak...!
Kalimat ini begitu sering terdengar oleh telinga kita, saat kita masih kecil dan sering merengek untuk dibelikan sesuatu oleh ibu.Mungkin juga kita yang kini sudah menjadi orang tua sering menuturkannya, saat anak mengiba dengan wajah memelas dan tiada daya bagi kita untuk meluluskan keinginannya karena memang benar kita gak punya duit.
Sebagai orang tua tentu ingin kita memberi. Memberi apa saja yang anak inginkan, apalagi bila kita tahu bahwa apa yang diinginkan adalah hal bermanfaat untuknya.
Kalimat itulah yang diucapkan oleh Kasinem, seorang ibu berusia lebih dari 40 tahun, kepada anaknya yang memilih kuliah di Universitas Indonesia, Depok.
Dalam keterbatasan penghasilan yang ia dapatkan sebagai seorang cleaning service di sebuah rumah sakit Jakarta, ditambah hidup tanpa suami, itu semua tidak membuat Kasinem menjadi 'melempem'. Ia begitu yakin bahwa Allah Swt menjamin kehidupan setiap hamba-Nya.
Buktinya kini masih ia dikaruniai seorang anak bernama Bagas yang cerdas dan lulus UMPTN pada dua universitas pilihannya. Yang pertama di STAN dan kedua pada fakultas teknik Universitas Indonesia.
Tentu Kasinem amat bersyukur mendengar kabar anaknya lulus ujian. Sebab keterbatasan penghasilan, Kasinem menganjurkan agar Bagas mengambil kuliah di STAN yang bebas biaya. Namun Bagas malah tertarik pada bidang teknik yang memang digemarinya.
Maka di malam itulah Kasinem dan putranya berdiskusi untuk menentukan pilihan. "Kamu pilih kuliah di STAN saja ya nak..." terdengar suara Kasinem membujuk. "Kuliah di sana gak pakai bayar, kamu khan tahu penghasilan ibu. Untuk kamu sekolah di SMU saja ibu sudah ngos-ngosan, apalagi kalau harus bayar uang kuliahmu..." kalimat demi kalimat meluncur dari mulut Kasinem seraya berharap putranya mau menuruti nasehat."Tapi aku gak suka akunting, bu! Aku lebih suka bidang teknik. STAN itu aku pilih sebab ibu menyuruhku memilihnya." demikian jawab Bagas. "Tapi ibu gak punya duit untuk membayarnya. Darimana kita bisa dapat uang kuliahmu?" sergah Kasinem sekali lagi. "Kalau memang ibu tidak sanggup, Bagas sudah gede. Bagas sanggup cari kerja untuk membiayai kuliah...!" ego anak beranjak dewasa muncul dari mulut Bagas. Di sana ada keseriusan terpancar dari mimik wajahnya. Hal ini tidak membuat Kasinem tersinggung, malah dalam hati ia akan memperkuat jalinan karang muda yang kini mulai berani menantang gelombang hidup. "Aku akan membantumu nak sekuat tenagaku!" batin Kasinem.
27 juta rupiah dana yang harus disiapkan oleh Kasinem dan Bagas untuk masuk fakultas teknik UI Depok. Dalam hitungan kurang dari dua minggu mereka harus siapkan jumlah tersebut yang terbilang besar bagi mereka.
Segala ikhtiar lahir & batin telah mereka tempuh, terutama pada malam hari mereka senantiasa bertahajjud dan bermunajat kepada Allah, Dzat Yang Maha Mendengar. Semakin dekat hari pendaftaran kuliah dan pembayaran uang pangkal, maka hati Kasinem & Bagas semakin berdebar-debar. Bila itu yang mereka rasakan, maka semakin giat mereka bermunajat kepada Allah Swt.
Dialah Allah Swt Yang Mampu mengabulkan setiap permintaan hamba-Nya.... Kasinem amat mengerti itu! Lagipula ia sudah tidak punya lagi tempat bersandar. Ia pulangkan semua kegelisahan itu kepada Sang Khalik Swt. Semakin giat dan tekun ia beribadah kepada Allah Swt, apalagi ibadah malam. Tidak satupun malam yang ia lewatkan tanpa berdiri, rukuk, sujud dan mengadu kepada Tuhannya. Tak lupa ia selalu membangunkan Bagas anaknya untuk shalat malam bersama.
Sungguh, doa pada sepertiga malam terakhir tidak akan tertolak....
Inilah do'a yang kerap mereka baca kepada Allah Swt di malam hari:
Yaa Hayyu Yaa Qayyum birahmatika nastaghits... Aslih sya'nana kullahu wa la takilna ila anfusina tharfata ainin
Wahai Dzat Yang Maha Hidup & Berdiri, dengan rahmat-Mu kami memohon pertolongan... Perbaikilah segala kondisi hidup kami. Jangan Engkau biarkan kami hanya bersandar pada diri sendiri meski hanya sekejap mata.
Hari pembayaran uang pangkal semakin dekat. Kebimbanagan di hati Kasinem & Bagas semakin menjadi-jadi. Hingga akhirnya datanglah seorang tetangga yang membutuhkan pertolongan Kasinem untuk mengerjakan suatu pekerjaan di rumahnya.
Saat Kasinem membantunya di rumah tetangga tersebut, maka sampailah pembicaraan mereka berdua tentang kelanjutan sekolah Bagas.
Tetangga ini tahu bahwa Bagas adalah anak yang baik, cerdas, shaleh dan suka membuat orang lain jadi senang. Saat pertanyaan meluncur dari mulut tetangganya, tiba-tiba air mata Kasinem mengembang. Tak kuasa ia bercerita kepada tetangganya bahwa saat ini dirinya dalam kegamangan sebab kemungkinan tidak dapat membiayai Bagas untuk kuliah. Kasinem hanya bertutur tanpa sedikitpun berharap agar tetangganya itu mau membantunya.
Namun siapa yang pernah menyangka, bila Allah sudah berkenan memberikan pertolongan lalu membukakan hati seorang hamba-Nya yang lain untuk membantu saudaranya yang kesusahan.
Tiba-tiba tetangga itu memeluk Kasinem. Ia coba merasakan kesulitan yang tengah dihadapinya. Tetangga itu turut meneteskan air mata. Usai puas berpelukan, maka tetangga tersebut menyuruh Kasinem untuk menunggu sebentar.
Ia pun masuk ke dalam kamar. Tak lama ia keluar lagi sambil menjinjing sebuah amplop. Lalu amplop itu diserahkan kepada Kasinem seraya berujar, "Pakailah uang ini untuk kuliah Bagas. Ini adalah tabunganku, suamiku pun tak tahu. Pesanku..., tolong rahasiakan hal ini jangan sampai seorang pun tahu!"
Kasinem ingin sekali menolak bantuan itu sebab malu, namun ia tahu waktu hanya tersisa sedikit untuk mencari dana sebesar itu. Tiba-tiba ia merasa bahwa inilah ijabah do'a dari Allah Swt untuknya dan Bagas.
Sekali lagi Kasinem memeluk tetangganya dan ia pun tak henti-hentinya berucap terima kasih kepada tetangganya yang baik hati.
Hari pendaftaran telah tiba. Bagas anak cerdas & sholih itu, kini sudah dapat menimba ilmu di fakultas teknik Universitas Indonesia. Siapa yang mengira bahwa seorang anak cleaning service bisa kuliah dengan biaya semahal itu. Dialah Allah Yang telah menentukan. Saat Dia berfirman jadi, maka jadilah...!